Jumat, 11 September 2015

Tiga Pilar Agama atau Ad-diin : Islam, Iman, Ihsan

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. – Q.S. Al-Baqarah [2]: 208

Dari Umar r.a.: Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW, suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.

Hingga kemudian dia duduk di
hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Rasulullah SAW seraya berkata: "Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam", maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji jika mampu", kemudian dia berkata: "Engkau benar." Kami semua heran, dia yang bertanya namun dia pula yang membenarkan.

Kemudian orang itu bertanya lagi: "Beritahukan aku tentang Iman". Lalu Beliau SAW
bersabda: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk", kemudian dia berkata: "Engkau benar."

Kemudian dia berkata lagi: "Beritahukan aku tentang Ihsan." Lalu Beliau SAW
bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau."

Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian Rasulullah SAW
bertanya: "Tahukah engkau siapa yang bertanya?" Aku berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau SAW bersabda: "Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan Agama kalian“.


– H.R. Muslim

Ketiga rukun ini dijabarkan oleh Rasulullah SAW di dalam sebuah hadits yang sangat populer dan memiliki makna yang begitu dalam. Di sana dijelaskan pokok-pokok Agama Islam yang berdiri di atas tiga pilar besar:
1. Aspek Islam, yakni syari’at dan amal perbuatan. Di dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menjabarkan "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji jika mampu." Oleh karena itu, memahami syari’at secara benar, lalu menegakkan dan menyempurnakannya, mengetahui apa yang dihalalkan dan yang diharamkan, memahami larangan dan perintah-Nya merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang muslim mana pun.
2. Aspek Iman, yakni terkait aqidah dan tauhid. Rasulullah SAW menjabarkan bahwa "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk."
Iman pada hakikatnya merupakan cahaya (Q.S. Az-Zumar [39]: 22), atau biasa juga disebut Nur Iman (Cahaya Iman).
أَفَمَن شَرَ‌حَ اللَّـهُ صَدْرَ‌هُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ‌ مِّن رَّ‌بِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ‌ اللَّـهِ ۚ أُولَـٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. – Q.S. Az-Zumar [39]: 22
Iman adalah cahaya yang memancar di hati/qalb (Q.S. Al Hujuraat [49]: 7, 14) orang-orang yang dikehendaki Allah (Q.S. Yunus [10]: 100). Jadi, meski kita mengatakan, "saya beriman!", namun bila Nur Iman itu tidak ada di hati kita, tidaklah bisa dikatakan kita beriman. seperti diungkapkan dalam firman-Nya, "Orang-orang Arab Badui itu berkata: 'Kami telah beriman'. Katakanlah: 'Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.'" (Q.S. Al-Hujuraat [49]: 14).
Oleh karena itu, Iman merupakan hak prerogatif Allah yang Dia sematkan ke dalam hati/qalb seorang hamba.
Iman adalah cahaya yang memancar di hati/qalb (Q.S. Al Hujuraat [49]: 7, 14) orang-orang yang dikehendaki Allah (Q.S. Yunus [10]: 100). Jadi, meski kita mengatakan, "Saya beriman!", namun bila Nur Iman itu tidak ada di hati kita, tidaklah bisa dikatakan kita beriman.
3. Aspek Ihsan, yakni tasawuf  atau yang terkait dengan akhlak karimah dan budi pekerti.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihatnya, maka Dia melihat engkau."
Ihsan merupakan aspek yang sangat penting di dalam kerangka ajaran Agama Islam karena terkait dengan "rasa batin" seorang hamba, dalam menghadapkan setiap aspek kehidupannya kepada “wajah” Tuhannya. Aspek inilah yang menahan seorang muslim untuk berpakaian ala kadarnya ketika menghadap Tuhannya di waktu shalat (meskipun pakaian tersebut adalah sah secara syari’at) karena menyadari kepada siapa ia menghadap.
Aspek ini pulalah yang menghiasi istighfar berulang-ulang di malam hari dengan penuh rasa sesal dan harap kepada Tuhannya. Aspek ini juga yang menjadikan seorang muslim bersungguh-sungguh mempersembahkan amal yang terbaik—karena di sinilah sang muslim dalam setiap degup jantungnya senantiasa menyelaraskan langkah-langkah kehidupannya dengan kehendak Allah lantaran "seakan-akan engkau melihat-Nya."
Ketiga aspek tersebut merupakan fondasi dasar, yakni pilar-pilar utama dari apa yang disebut sebagai pemahaman dan pengamalan Agama Islam yang menyeluruh. Oleh karena itu, tidaklah menjadi Muslim yang paripurna bila mengesampingkan salah satu dari ketiga pilar itu.
Tidak mungkin seorang muslim memasuki Islam secara paripurna bila ia hanya ber-tasawuf saja (Aspek Ihsan) tanpa mengerjakan syariat-syariat (Aspek Islam) sesuai apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Di sisi lain, tidak jugalah sempurna seorang Muslim ber-Islam secara paripurna bila hanya berpijak di atas Syari’at saja tanpa adanya Cahaya Iman dan pemahaman Aspek-Aspek Ihsan dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, ketiga dimensi tersebut, yakni: beriman, mengerjakan syariat, dan berakhlak karimah serta berbudi pekerti luhur (tasawuf) tidak dapat dipisah-pisahkan dalam upaya menjalani keberislaman secara penuh, menyeluruh, kaffah.
Aspek Ihsan adalah satu aspek yang akhir-akhir ini kerap dikesampingkan di setiap pembahasan tentang Agama Islam dan banyak kalangan lebih menitik-beratkan pada terminologi "Iman-Islam", padahal "Ihsan" juga telah menjadi salah satu pilar besar yang tak terpisahkan dari ajaran Rasulullah SAW.
Sumber : Bapak Zamzam AJT
                http://www.kadisiyah.org/id/ajaran/muslim-paripurna/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar